Selasa, 27 September 2016

"LOMBOK, GA BAKAL KAPOK (Bagian II)

DAY 2
 8 September 2016

Selamat pagi dari Senggigi!
Demi Dewi Gangga, kami tidur nyenyak banget semalam. Jika suara dengkuran bisa ditukar dengan duit, pagi ini saya dan suami mungkin sudah jadi milyader. Pak Hartonce parah, pamitnya ke kamar mandi, eh malah tepar dengan sukses di depan tipi. Idiih.  Kecapekan renang ma snorkeling kemarin kayanya.

Well, hari ini jadwal tour kami adalah trekking ke Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu. Lokasinya di lereng Gunung Rinjani,  Desa Aik Berik, Lombok Tengah. Sebenarnya di Lombok ada beberapa spot air terjun yang ramai dikunjungi wisatawan. Ada Sendang Gile,  Tiu Kelep, Tiu Teja, Jeruk Manis, dll. Tapi dari awal saya memang ingin sekali mengunjungi Air Terjun Benang Kelambu. Yah, walaupun katanya akses menuju ke sana belum digarap makasimal dan spot kuliner di sekitarnya kurang rekomended. Untuk jalan menuju spot air terjun juga butuh tenaga ekstra. Waduh. Eh tapi, kok saya malah makin penasaran ya?

Sesuai perjanjian bilateral dengan Pak Mul, kami akan dijemput jam 09.00 pagi. Kami pun sudah ready dari jam 07.30 WITA. Jadi, masih ada waktu panjang buat sarapan sambil menikmati birunya laut Senggigi. Iya, lokasi sarapan kami memang tepat menghadap pantai. Semacam sinkronisasi dimana perut dan mata kudu sama-sama happy! *tsaaah*


Ngeksis di depan room kami.
 Bangunannya khas rumah adat Lombok



Pemandangan saat sarapan.


Perjalanan dari penginapan menuju Desa Aik Berik memakan waktu tempuh hampir 2 (dua) jam. Akses jalan raya sudah bagus,  kata pak Mul sih kondisi infrastrukturnya berbeda jika dibandingkan beberapa tahun lalu.  Saat mobil keluar dari jalan raya dan masuk ke kawasan pedesaan, kilometer pertama lumayan menggoncang jiwa alias belum 100% diaspal namun selanjutnya cukup mulus. Pak Mul bilang, beliau sudah lama tidak mengantar tamu ke Benang Kelambu. Dulu jalannya jelek, bahkan ban mobil sering 'selip'. Tapi sekarang sudah berubah. Alhamdulillah. 


Pak Mul sempat menanyakan kenapa saya memilih jalan-jalan ke Benang Kelambu ketimbang eksplorasi air terjun lain yang lebih populer, akses mudah, dan jadi favorit wisatawan. "Di Benang Kelambu air terjunnya tidak begitu deras dan besar, mbak. Menuju ke sana harus berjalan cukup  jauh melewati hutan. Tapi  sejuk, tidak panas", papar pak Mul.


Masjid Islamic Centre, Mataram.
View dari balik jendela saat perjalanan menuju Lombok Tengah

"Naaaah, justru itu saya suka Pak. Kalau air terjun yang deras dan gedhe mah di Jawa udah banyak. Tapi air yang mengalir macam 'kelambu-kelambu' (tirai/gorden) gitu, kami belum pernah lihat." jawab saya sambil ber-haha hihi. Padahal dalam hati deg-deg an juga karena ngebayangin trekking nya bakal naik turun, berjibaku dengan jalan yang lumayan licin, plus siap buat ngos-ngosan karena kami harus jalan kaki lebih dari setengah jam. Hmmm, buat apa saya bawa pak tentara kalo masalah gitu aja cemen?! Kan bisa minta gendong. Hihihi.

"Kalo capek, ga kuat jalan kaki,  nanti di sana ada ojek yang mengantar dari gerbang sampai ke air terjun. Kalau ga salah bayar 50 ribu pulang pergi.", Pak Mul tiba-tiba menjelma jadi Mbah Mijan karena bisa baca jeritan  hati saya.  Saat mata ini melirik ke suami minta konfirmasi, dengan suara tegas tanpa tedeng aling-aling Pak Hartonce pun bersabda, "Kalau cuma mau naik ojek, ga perlu ke Lombok. Di Sragen banyak!

Jegeeeer.... *nasib...nasib*

Tiket masuk ke lokasi wisata cukup mahal ternyata. Kami kena 70 ribu (tanpa guide) dan ada tiket resminya. Padahal untuk penduduk lokal gosipnya cuma ditarik retribusi 5 ribu perak. Uhm...


Gerbang penanda kami sudah tiba di lokasi.
Siap-siap trekking.


Tujuan pertama adalah Air Terjun Benang Stokel. Dari pintu gerbang cukup 15 menit jalan kaki. Jalanan belum terlalu ekstrim. Saya masih bisa nyanyi-nyanyi sambil mendokumentasikan suasana hutan dengan kamera hape. Pengunjung juga masih lumayan sedikit. Terlihat juga sepasang bule yang mendadak jadi pusat perhatian karena bergantian lompat dari tebing yang lumayan tinggi dan langsung byuur nyemplung ke air. Gileee bener. Kalau kepentok batu, horor juga loh. Traveler dari luar negeri memang rata-rata pecandu wisata ekstrim ya? *takjub*


Si mbak bule keren bener ih. Deg-degan pas lihat dia loncat.


Dan..., sampailah kami di Air Terjun Benang Stokel.




"Jadi duta shampo lain? Ooppss! "
*kibas jilbab*




Abaikan perut pak Hartonce yang lupa tahan nafas saat selfie



Guyur adek, Bang. Guyur!!




Beberapa pengunjung, selain main ciprat-cipratan air ala-ala pidio klip (itu sayaaa!), ada juga yang khusyuk yoga di bawah air terjun. Seger banget ya. Konon, kalau kita membasahi rambut di Benang Stokel, rambut niscaya akan bebas rontok dan nampak hitam kemilau. Sayangnya, saya ga bisa nyoba. Karena aneh aja gitu lepas jilbab di depan banyak orang terus kibas-kibas rambut di sono.

Oh, karena banyak pengujung yang betah berlama-lama di bawah guyuran air terjun, kami jadi kesulitan mengabadikan penampakan cute Benang Stokel saat sedang sepi.


Pict. courtesy Google




Kami melanjutkan trekking ke Air Terjun Benang Kelambu. Sodare-sodare, inilah  perjuangan yang sesungguhnya bagi jiwa yang renta seperti saya. Segala macam pengalaman trekking level pemula di Sikunir (Dieng) dan Kawah Ijen (Banyuwangi) yang saya miliki, pupus begitu saja. Baru 100 meter pertama, saya sudah turun minum, megap-megap minta dispensasi sama wasit. Itu gara-gara saya keasikan ngoceh sepanjang jalan, jadi boros nafas. Jalan setapak yang dilalui benar-benar komplet. Naik, turun, belokan, tikungan, jembatan, tangga bebatuan, dan tanah yang licin. Asik bro! Mana udaranya segar banget karena kami berada di area lembah pegunungan yang membelah hutan hujan tropis. 

Kami juga melewati gubuk berderet yang rupanya merupakan kios/ warung milik penduduk sekitar. Makanan dan minuman yang dijual semacam mie instan, camilan, kopi, susu, teh, dan air mineral. Saya membalas keramahan mereka (alias tawaran buat mampir) dengan senyum kecut kiyut. Dry bag yang dibawa Pak Hartonce sudah saya isi dengan dua botol air mineral dan stok camilan, soalnya.  Ada penjual yang mencoba menyapa dengan kalimat yang nyaris sukses meruntuhkan mental, "Lokasi air terjunnya masih jauh, Kakak. Naik ojek saja...!"

Sayup-sayup terdengar bisikan lagu "Badai Pasti Berlalu" tepat di bagian reffrain, pertanda iman saya harus kuat dan tidak boleh goyah!! (pasang ikat kepala Merah Putih). Pada detik terakhir melewati tangga alias 'undak-undakan' yang menjulur manja entah sepanjang berapa meter, tampaklah Air Terjun Benang Kelambu. Sosok yang begitu anggun menggoda seolah minta dicumbu. 

Mohon dimaafkan jika kualitas gambar dan pencahayaan yang kurang pas karena kami menggunakan kamera hape. Doakan setelah ini ada sponsor yang tiba-tiba mengirim Fujifilm X-T10  ke alamat kami ya. Hihihi...aamiin.


Time to explore, gaes ^^

(Pict. Pak Hartonce)



(Di zoom sama pak Mul)

Aslinya lebih keren daripada di foto.
(Pict. Pak Hartonce)


Cipratan air nya bikin betah. Seger  banget, kaya wajah PNS yang habis terima remunerasi.




Cukup lama kami menikmati sensasi Benang Kelambu ini. Air terjun setinggi 30 meter, mengalir tidak begitu deras, terurai cantik seolah menyembul dari sulur-sulur rimbun dedaunan. Dari bawah terlihat seperti kelambu. Itulah kenapa air terjun ini dinamai Benang Kelambu. 


Ga pengen pulang ^^





Kalau pake kamera keren, hasilnya ciamik kaya gini.
(Pict. from Google)

Ada 3 level ketinggian yang dimiliki Air Terjun Benang Kelambu, yakni 30 meter (untuk tingkat paling atas yang airnya langsung berasal dari mata air pegunungan), 10 meter, dan 5 meter. Jika ingin awet muda dan kaya raya bebas penyakit, sok atuh mandi dan berendam di kolam tampungan air terjun yang terdapat di sini. Eh. lagi-lagi saya ketemu pasangan bule 'adrenalin junkie' yang tadi loncat dari tebing di dekat Benang Stokel. Kali ini kedua sejoli terlihat merangkak dan mendaki bebatuan/tebing Benang Kelambu. Sudah pasti licin dan harus berjuang melawan 'guyuran' arus air terjun. Dengan memakai bikini two pieces dan bertelanjang kaki, si cewek dengan cueknya mendaki sambil  jerit-jerit jika terpeleset. Tapi tetap strong sampai ke ujung. 


Seru juga pasangan bule ini. Nyalinya ajib!


Pengunjung yang berada di sana terlihat menghentikan aktivitas karena tersedot 'atraksi' mereka berdua. Tegang bhok lihatnya. Banyak yang takjub sekaligus miris. Saya pastinya juga dong. TAKJUB. Bukan takjub atau kagum sama keberanian tu cewek, tapi takjub melihat bodinya yang mulus TANPA DIHIASI SELULIT sebiji-pun!! Huhuhu...takdir sungguh kejaaaam.


Pak Hartonce niat amat nge zoom nyee.
Tapi kok fokusnya malah ke cowoknya ya? Wuaaa

Tepat pukul 2 siang, kami meninggalkan lokasi. Semakin siang, semakin ramai. Saat menaiki tangga di 100 meter pertama, kami berpapasan dengan rombongan wisatawan mancanegara.  Untung tadi kami agak pagi sampai ke lokasi, kalau bareng sama mereka, bisa-bisa kami nyempil ga dapat kuota ngeksis. Lha body mereka aja gedhe, kokoh, dan tangguh gitu. Kan minder. * dasar mental inlander!*

Saat mau masuk ke hutan yang tadi kami lewati, eh ketemu lagi sama mas-mas ojek. Aduh..tergoda juga nih. Enak banget leyeh-leyeh di jok motor, trus wuusss tahu-tahu sampai parkiran. Ya tapi tetap saja tidak terealisasi. Pak wasit tidak menyetujui, pemirsa . 

Lhoh..tapi pas pulang kok rasanya lebih dekat ya jaraknya. Baru ngesot sebentar, udah sampai mobil aja. Hihihi. Dapat bonus ketemu sama beberapa ekor monyet langka berwarna hitam pekat yang cuek bergelantungan di pohon. See you, my dear. Lanjuuut jalan-jalan!!

Destinasi berikutnya adalah Taman Narmada yang lokasinya berada di Desa Lambuak, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Saat berangkat dari Senggigi menuju Air Terjun, mobil kami melewati Taman Narmada. Jadi jika pembaca ingin mengunjungi Benang Stokel dan Benang Kelambu, bisa sekalian mampir ke Taman Narmada, lokasinya searah kok. Destinasi ini menyajikan pemandangan yang unik lengkap dengan kolam air yang konon mirip dengan taman yang terdapat di Karangasem (Bali), Pura peninggalan para raja Hindu, serta konsep miniatur Gunung Rinjani. Info lebih lengkap tentang Taman Narmada, bisa lihat di sini ya. :)



Suka deh sama jepretan pak Hartonce yang ini. Daku jadi terlihat mungil. Ihik..ihik


Kami dikenai tiket masuk seharga.Rp. 6.ooo/orang. Pihak pengelola juga menyediakan guide lokal bagi wisatawan yang ingin mengulik sisi historis Taman Narmada secara detail. Fee guide sebesar Rp. 50.000,- . Sebenarnya saya tergoda membasuh wajah dan minum air Awet Muda yang terdapat di Taman Narmada. Saya mengira, pengunjung tinggal membasuh saja air yang terdapat di kolam Mata Air Awet Muda. Ternyata airnya berada di dalam ruangan dan pengunjung yang ingin membasuh dan meminum air harus melalui ritual doa dari pamangku. Karena wanita yang sedang 'berhalangan' dilarang memasuki ruangan, jadi niat saya pun batal.




Di telaga inilah para dayang-dayang mandi




Berasa jadi anak Raja ya jalan-jalan di sini
*atau malah mbok emban?*




Kurang lebih 30 menit kami jalan-jalan syantik di Taman Narmada. Pengennya sih berenang juga di kolam renang Narmada yang airnya dingin dan segar itu. Apa daya, perut udah protes minta disubsidi. Harusnya kami disediakan lunch box oleh biro, tapi karena ada perubahan jadwal trip, jadinya batal. Yes!! Membayangkan di mobil makan nasi kotak, tentu mengurangi gairah. Apa bedanya sama piknik anak sekolah? Hihihi.

Pak Mul menawarkan kami untuk diantar makan siang sesuai request. Budget makan siang pengganti lunch box sebesar 50 ribu/pax. Saya yang penasaran dengan jargon "Belum ke Lombok kalau belum mencoba Sate Rembiga" , jelas tidak menyianyiakan kesempatan. Yuhuuuuy, saatnya mencoba Sate Rembiga!! Dan hati langsung menjerit norak saat mobil yang dikemudikan Pak Mul berbelok di jalan Dakota dan berhenti di bawah plang bertuliskan "LESEHAN SATE REMBIGA"



Suasana di Warung Lesehan Sate Rembiga 
(Pict. courtesy Agus Temon)



Sate Rembiga (dibaca Rembige , hurup 'e' dibunyikan seperti membaca "Arem-Arem") adalah sate daging sapi khas Lombok yang memiliki citarasa berbeda dengan sate daging sapi lainnya. Bumbu sate ternyata sudah langsung diolah bersama daging sapi sebelum dibakar sehingga rasa manis dan pedasnya sangat meresap. Seporsi Sate Rembiga sangat cocok ditemani dengan sepiring Lontong Bulayak. Nah, kalau biasanya lontong yang saya makan berbentuk lonjong padat berbungkus daun pisang,  Lontong Bulayak ini agak berbeda. Lontong disajikan dalam bungkusan daun aren dan ujungnya lancip seperti kerucut. Satu porsi berisi 3-4 lontong.


Juaraaaak!

Wisata ke Lombok belum SAH kalau belum mencicipi Sate Rembiga.



Lombok ternyata tidak hanya populer sebagai "Pulau 1000 Masjid" saja, namun juga dikenal dengan julukan "Pulau Sejuta Sapi". Saat melewati kawasan Selaparang, banyak sekali sapi yang sedang merumput di kanan kiri jalan. Sehat dan menggemaskan. Uniknya sapi-sapi di Lombok cukup modis lho, mereka selalu pakai 'kaos kaki'. Hihihi. 

(Pict. courtesy gunungdandaun.blogspot)




Dalam perjalanan pulang menuju Senggigi, saya minta Pak Mul untuk mampir ke Toko Gandrung dan Toko Kaos Lombok Exotic. Mau beli oleh-oleh berupa kaos made in Lombok dan souvenir untuk keluarga dan teman-teman.  Kebetulan lokasinya saling berdekatan.  Harga kaos di Toko Gandrung cukup terjangkau, mulai dari 50 ribu s/d 190 ribu, tergantung bahan, kualitas, dan design. Untuk souvenirnya (gantungan kunci, magnet kulkas, topi, sandal, dompet, tas, hingga kain tenun Lombok) kisaran hargamya mulai dari 10 ribu s/d ratusan ribu.  Seperti biasa, pak Hartonce selalu lama dalam urusan pilih-pilih baju. Adaaaa aja alasannya. Satu jam ngubek-ubek, kagak nemu barang sebijipun. Sementara list belanjaan oleh-oleh di tangan saya udah komplet (nyeseknya, saya malah lupa beli kaos buat diri sendiri huhuhu).  Walhasil kami mampir juga ke Lombok Exotic untuk mencari t-shirt yang cocok sama selera pak Hartonce.


Outlet Gandrung di Mataram,  Lombok


Hasil jarahan



Malam harinya, kami diantar menuju Rembulan Resto untuk dinner. Promo dari Pak Mul, menu resto ini oke punya. Seafoodnya enak karena diolah dengan bumbu khas Lombok. Ditambah lagi, nuansa resto konon cukup romantis. Pencahayaannya remang-remang karena memaksimalkan pantulan sinar rembulan (sesuai nama restonya), table-nya pun menghadap ke bibir pantai. Lokasi Rembulan Resto  berada di kawasan Senggigi, cukup dekat dari penginapan. Sampai di sana, mas waiter mengantar kami menuju meja yang sudah di reserved oleh Green Chili Tour.  Benar saja, lokasinya berada di tepi pantai, sepintas mirip Jimbaran, Bali. Mata saya menyusuri meja mana yang sudah dipilihkan untuk kami. Dan saudara-saudara sekalian yang dimuliakan Tuhan, kami kemudian dipersilakan duduk di depan meja yang berhias bunga-bunga (mirip sama meja buat ijab-qobul di kawinan!). "Whaaat????!!!

Aduh, pemirsa. Meja makannya sukses bikin kami berdua salting. Pak Hartonce sempat berbisik, "Wadududuh..., kok koyo nganten anyar ngene cint? Didelengi uwong piye?" (Kok seperti pengantin baru gini, cint? Kalau dilihat orang, gimana?). 

Hmmm...saya memutar-mutar pandangan mengamati situasi. Untung pengunjung resto malam itu tidak begitu ramai.  "Wis ben cint, cuek aja. Sing penting maem enak." (Udah biarin aja. Yang penting makan enak), celoteh saya sambil cekikikan.




Ciaobellaaaa. Bunga-bungaaaaaaa


Calon pengantin adu panco. Depresi gara-gara penghulu-nya melarikan diri

Sepuluh menit berselang, deretan piring makan pun tersaji di hadapan. Menu seafood-nya sangat menggoda. Ada sate cumi, kerang yang dibumbu rempah, ikan bakar, dan plecing kangkung. Dan, I swear to God...INI KOK ENAK-ENAK SEMUA YA??? (capslock jebol!). Sebagai penggemar seafood dari kecil, sate cumi di Rembulan Resto bisa saya katakan salah satu sate cumi TERLEZAT yang pernah saya rasakan. Kerangnya pun demikian. Entah bumbu macam apa yang mereka masukkan, tapi lidah ini sampai menggelinjang parah! Ih, saya sampai rebutan lho sama pak Hartonce. Malu-maluin. Hahahha.


Kondisi ini hanya bertahan sementara.
Dalam hitungan menit, ludes tak bersisa

Strategi istri cerdas.
Pura-pura minta tolong suami buat motretin, padahal aslinya  mau 'menguasai' logistik.

Huuyeeaah. Baru dua hari di Lombok, mata - perut - lidah kami sudah dimanjakan dan terpuaskan (eh jangan tanya soal dompet ya wkwkwkwk). Urusan kuliner, pilihan dari Green Chili Tour dan Pak Mul memang mantab. Sesuai banget antara promosi dan realisasi. 

Jadi ga sabar nungguin kejutan esok hari..^^

**psst, buat yang penasaran sosok Pak Mul, tenang..doi akan saya munculkan di part III  ** :p






*******B E R S A M B U N G*******

Minggu, 18 September 2016

" LOMBOK, GA BAKAL KAPOK!" (Bagian I )

Tujuh bulan sudah penantian berakhir. Alhamdulillah, puas dan lega walau sempat gondok di awal. We love you, Lombok !! Eh, kalimat ini harusnya saya tulis bagian closing postingan blog ya? Hihihi. Ga papa juga ding. Bagian yang paling penting adalah proses, bukan ending, yes?. *ngeles garing*

Minggu pertama di bulan September, saya dan pak Hartonce (ini nama panggung suami tercinta) akhirnya bisa menikmati cuti tahunan. Walau sebenarnya 'hanya' tiga hari sih. Rabu, Kamis, dan Jumat. Untungnya ketolong sama  tanggal merah di hari Senin, jadi bisa lumayan puas pacaran *uhuk*. Destinasi yang kami tuju adalah pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sudah cukup lama saya memimpikan bisa mengeksplorasi eksotisme Lombok dan 'ngidam' naik sepeda berduaan mengelilingi Gili Trawangan. Biar ga, kalah romatis ma Rhoma Irama - Yati Octavia. Namun seperti yang sering saya dengar, Lombok KATANYA luar biasa cantik, tapi...mahal!  Iya laaah, jadi cewek cantik harus mahal, jangan dijual mureeeh. Katanya selebriti dengan tarif off air tinggi, kok demen jual diri. Oops..maaf, saya emosi gara-gara terlalu mendalami gosip artis di akun @lambe_turah. :D

Sesuai kesepakatan saya dan suami, untuk agenda ngetrip ke Lombok kali ini durasinya (pilem kali pakai durasi) adalah 4 Hari/ 3 Malam dan mengutamakan sisi fun & kenyamanan. Bukan sejenis luxury travel yang budget nya gila-gilaan plus nginepnya di resort yang rate semalamnya jutaan (lha duite mbahe, pho?!). Semampunya saja. Tujuh bulan saya hunting tour agent. Mulai dari ngubek-ubek di web, instagram, kaskus, detik forum, blog walking, sampai nanya-nanya secara pribadi ke aa' Gatot Brajamusti *benerin kerudung*. Bagi biro tur yang masuk kualifikasi dan lolos uji sertifikasi (fasilitas oke , harga damai), barulah saya minta dikirimin penawaran via email. Komunikasi dengan para marketing pun berlanjut ke WA, kadang komen-komen manja di akun instagram mereka. Tapi kok masih krisis pede juga karena budget yang kurang mesra dengan kondisi dompet. Bisa maksain berangkat sih, tapi uang saku pas-pasan. Hiks. Padahal saya dan suami sudah menyisihkan gaji 13 dan 14 (andalan para pegawai ngerih), stop belanja belanji, ngirit maksimal, dan menahan keinginan untuk membeli mesin cuci demi mewujudkan mimpi honeymoon-an ke Lombok. Untungnya di saat-saat genting saya mendapat subsidi dari pegipegi berupa voucher tiket pesawat tujuan domestik senilai dua juta rupiah. Hadiah kuis di facebook. Alhamdulillah! Lalalayeyeye.

Tiket pesawat maskapai Citilink (Surabaya -Lombok PP) untuk dua orang adalah Rp. 2.400.000,-. Karena ada subsidi Rp. 2.000.000,-  dari pegipegi, jadi saya cukup bayar Rp. 400.000 saja. Yihaaaa. Sebelum menentukan biro tour yang cocok, saya membuat daftar spot apa yang akan dikunjungi selama di Lombok. Jadi tidak pasrah total sama biro. Ini beberapa rencana destinasi yang saya masukkan dalam list :
1. Pink Beach
2. Air Terjun Benang Stokel dan Benang Kelambu
3. Pantai Senggigi
4. Gili Trawangan
5. Pantai Tanjung Aan 
6. Pantai Kuta
7. Sasak Tour 
8. Taman Narmada
9. Wisata belanja (Lombok Gandrung, Lombok Exotic, dan Phoenix food)

Dari berbagai penawaran biro, saya menjatuhkan pilihan pada Green Chili Tour. Harga paket private trip yang mereka tawarkan selama 4 hari/ 3 malam adalah Rp. 5.840.000,-. / couple. Sudah termasuk menginap 3 malam di Aruna Beach Senggigi (sea view), mobil (guide + driver +bbm), tour, private speed boat ke Gili Trawangan PP, boat untuk menyusuri Pink Beach, makan, minum, dan dinner sesuai itinerary, serta airport transfer. 

Silakan buat pembaca yang punya rencana liburan ke Lombok, baik couple maupun rombongan, bisa ubek-ubek website-nya ( http://www.paketliburanlombok.com ).  Pilihan paket tur-nya lengkap dan fleksibel. Bahkan paket 'one day special trip' alias tur harian juga ada. Kadang ada juga paket open trip yang harganya lebih terjangkau. Nanti bisa tanya-tanya via whatsapp ke miss Renny. Orangnya ramah dan helpful banget. Bukan endorse ya ini. Hahaha.


And here we go...!

DAY 1 - 07 September 2016
Kami sampai di Bandara Juanda Surabaya pukul 05.00 WIB sementara flight nya masih 4 jam lagi. Mata kriyip-kriyip di mix dengan muka sepet karena baru bisa tidur satu jam sebelum sampai ke Juanda. Iya, itu gara-gara ketipu sama travel kucrut yang mengangkut kami dari Sragen menuju bandara. Selama 6 jam badan semlohay ini digoncang-goncang dengan kejam di kursi full debu dan banyak bekas injakan sepatu. Mesin mobil dan saya sama-sama batuk-batuk. Beda banget dengan promo petugas travel saat kami beli tiket di Tirtonadi, Surakarta. Janjinya : Mobil Elf, AC, reclining seat, nomor kursi sesuai permintaan, dan on time. Kenyataannya...ZONK, shay. Janji dijemput jam 9 malam, ternyata baru datang jam 11 tengah malam. Saya dan suami nungguin di Alfamidi sampai pantat kebas karena duduk kelamaan lengkap dengan koper dan tentengan tas camilan. Persis pasangan yang baru diusir mertua. #Eeh. Armada travel tidak sesuai dengan foto yang diberikan. Kondisi mobil kurang layak jalan. Mungkin harusnya sudah dipajang dengan hormat di Museum Angkut. Jendela ngablak tak berdaya karena AC mobil sudah wafat dengan nestapa. Reclining seat? Boro-boro. Belakang kursi kami berdua adalah kardus-kardus segede gaban yang bertanggung jawab atas ketidaknyamanan tempat duduk. Masih mending banget nget nget naik KA ekonomi. Walau kursi tegak lurus, tapi full AC.

Okay...edisi lengkap sharing pengalaman nggambus ini akan saya posting terpisah aja yaa. However, saya dan suami udah bikin janji. Misal menemui kendala ataupun hal yang bikin bete, kita tidak akan saling menyalahkan. Dibikin happy aja. Rugi kan kalau momen liburan jadi rusak gara-gara berantem?

Untunglah suasana dalam pesawat Citilink QG 664 bisa menjaga mood tetap terawat. Apalagi pak Hartonce. Menang banyak dia. Flight nya on time, pramugari kece-kece, duduk dekat jendela, dan banyak kursi kosong pula. Inilah kenapa saya pilih hanimun-an bukan saat musim liburan. Kenyamanan, baik di mata maupun di kantong, lebih terasa.


Banyak kursi kosong. Legaaaa ^^

Tepat pukul 11.30 WITA,  pesawat yang kami tumpangi mendarat di Lombok International Airport. Saya sempat terharu karena begitu keluar dari bandara banyak banget cowok-cowok yang menyapa. Fans militan Andien Holic, mungkin? Hampir saja saya mengeluarkan pena PILOT andalan untuk berjaga-jaga jika massa menyerbu tiba-tiba. Siapa tahu mereka minta tanda tangan. Oh, rupanya para pria perkasa itu colak colek saya untuk menawarkan taksi dan rental mobil. Huuuuu...penonton kecewa!

Beberapa menit kemudian, guide dari Green Chili Tour datang menghampiri setelah sebelumnya mengacung-acungkan kertas bertuliskan, "Welcome Dian Sastro Ibu Andien". Nama beliau pak Muliadi dan akrab dipanggil Pak Mul. Kami pun bersalaman layaknya kerabat yang sudah puluhan tahun tidak bertemu karena lupa mudik. Pak Mul kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik ranselnya. Ular kobra-kah? *ancang-ancang niup seruling sambil nyiapin geyolan maut*.  Dua buah scarf tenun khas Lombok kemudian dikalungkan pak Mul ke leher saya dan suami sebagai ucapan selamat datang. Aiiihh..to tuiiit . Saatnya menyapa manja, "Hello Lombok .. !"

Horeee dapat scarf baru.
(Pict : Pak Muliadi)



Agenda tur di hari pertama adalah menuju ke Pantai Pink yang letaknya di Jerowaru, Lombok Timur. Waktu tempuh dari bandara sekitar 1,5 jam. Ternyata pak Mul selain guide juga merangkap driver. Praktis, Avanza putih yang membawa kami hanya diisi tiga orang; saya, pak Hartonce, dan Pak Mul. Jalanan muluuuus pun sepi. Pak Mul cerita, katanya para tamu dari Jakarta sering berkelakar bahwa mereka bisa nyetir mobil sambil merem jika sedang berada di Lombok, saking lengangnya jalan raya.

Kami sampai di Pelabuhan Tanjung Luar untuk berganti moda transportasi. Biro sudah menyediakan private boat untuk mengantar kami menyusuri Pantai Pink. Wah, mata yang tadi sepet jadi seger lihat gradasi warna laut. Biru tua, biru, hingga tosca. Cantik! Yes, we need "vitamin sea". Hehehe. Setelah sekitar 30 menit bergoyang dumang di boat, kami tiba juga di Pantai Pink. Wohoooo...








Sekelilingnya merupakan area perbukitan yang lumayan tandus. Unik jadinya. Pantai yang jika pagi dan sore hari pasirnya berwarna pink (karena mengandung batu koral) berpadu dengan pepohonan yang ranting-rantingnya mendominasi karena daunnya banyak yang meranggas. Kami pun mendaki bukit agar bisa melihat spot Pantai Pink dari atas. Sementara pak Mul meminta nahkoda kapal (apa sih istilahnya?) untuk menyiapkan makan siang. Konon, kami akan makan ikan bakar di tepi pantai. Ikannya ikan segar yang baru saja ditangkap di sana. Sedaaap.

Inilah pemandangan Pantai Pink dari atas bukit.


Karena Pak Mul gak ikut naik, jadi kami dibantu Pak Sis buat sesi foto-foto.
Iya..Tongsis. Hihihi




Lama-lama, perut pun mulai unjuk rasa menuntut hak-nya. Kami bergegas turun menuju gazebo tempat kami meletakkan barang bawaan. Aduh, nyaman banget selonjoran di bale-bale sambil memandang laut. Eh, ternyata ga cuma kami berdua ding yang (pura-puranya) lagi pacaran. Ada dua pasangan bule yang juga asik berbaring di atas pasir Pantai Pink. Bedanya, ceweknya pada pakai bikini berburu sinar matahari, sementara saya berteduh 'krukupan' pake topi dan kaos kaki. Hahahaha...!

Makanan sudah siap, gaes. Saya dan suami melongo melihat banyaknya lauk yang tersaji. Kami cuma berdua, sementara istri pak nahkoda menyuguhkan sepanci kepiting pedas (sepanci ya, bukan seekor), semangkuk udang asam manis, semangkuk cumi-cumi yang dikeringkan, dan sepiring besar ikan bakar. Lengkap dengan tiga macam sambal plus es kelapa muda. Akuuuh bisa apaaaah???

Lupakan diet dan hajaaaaar!!

Siluet pak Hartonce sesaat sebelum deti-detik penghabisan.
(Supported by Teh Botol Sosro )



Sore harinya, kami kembali naik ke boat untuk menuju Pulau Pasir. Belum ada gambaran sih di sana bakal seperti apa. Di tengah perjalanan, Pak Mul terlihat serius diskusi dengan suami saya. Semoga bukan sedang merayu suami agar cari bini lagi. Rupanya Pak Mul sedang meyakinkan suami agar tetap menjajal snorkeling di Pantai Pink karena terumbunya masih sangat alami dan visibilitasnya oke. Ikan-ikannya juga mudah akrab sama kita. *ssst, cucok diajak ngegosip bareng ye, mpok*. 

Suami ragu karena baju buat snorkeling tertinggal di mobil. Dan, istri yang bijak dan cantik segera turun tangan mengatasi situasi, "Sayang, ga papa lah nyebur pakai baju itu. Rugi lho udah sampai sini ga snorkeling. Baju basah ga masalah. Kan bisa di laundry di hotel.", tutur saya sambil tersenyum legitSuami pun mantab mengambil masker dan snorkle yang memang tersedia di kapal untuk disewakan. Lalu byuuur, doi meloncat ke laut ditemani mas nahkoda. Meninggalkan daku begitu saja tanpa kata-kata mutiara. Sementara mulut ini komat kamit, "Semoga ongkos laundry di hotel ga mahal ya Tuhan...aamiin.."

Laut di sebelah sini warna airnya biru tua. Arusnya kuat.

Yang sebelah sini lebih dangkal katanya

Sementara suami berbasah-basah ria, saya bengong. Pengen ikutan tapi saya sedang datang bulan. Kata Pak Mul sih ga masalah buat nyebur ke laut meski sedang bulanan. "Ikan Hiu nya cuma muncul kadang-kadang kok, Mbak." Hiiiiiiiiyyyyy!!

Melihat saya cuma bengong sambil merem melek keasikan kena angin laut, Pak Mul menawarkan sesi foto-foto. Hayuuk atuh. Kenapa ga dari tadi, Pak. 

Manusia perahu


Pak Hartonce diajakin naik ke bukit (dalam lingkaran kuning).
Konon menurut sahibul hikayat, ada goa yang isi nya ular besar

Sesekali, saya memberi makan ikan-ikan cantik yang muncul di permukaan. Warnanya eye catching. Dari biru sampai kuning. Bikin gemes. Setengah jam kemudian, suami naik ke perahu. Nafasnya ngos-ngosan. "Arusnya kenceng banget. Lebih kenceng daripada di Pulau Menjangan.", curhat suami. Tapi keren kan ikan-ikannya, Pak?

Perahu kembali melaju menuju Pulau Pasir. Lumayan lama perjalanannya. Saya sempat membayangkan bisa gelar kasur dan leyeh-leyeh di kapal. Barengan sama Reza Rahadian, Hamish Daud, dan Nicholas Saputra sebagai ABK. Surga dunia banget ya..hihihi.

Pulau Pasir terlihat di depan mata. Ada rombongan wisatawan yang terlihat sedang seru-seruan di sana. Pas kapal kami tinggal beberapa puluh meter lagi, rombongan itu pergi. Wah..asiiik. Berasa pulau pribadi deh. Tapi..lho..lho..kok boat kami malah menjauh dari pulau. Iki piye Son?!!! Kepriben?!

"Kapalnya ga bisa sandar di sana, Pak. Air sudah surut. Jadi kita jalan dari sini menuju pulau.", jelas pak Mul ke suami. 

Wuaaah..jadi kita jalan di tengah-tengah laut? Kaya membelah laut pakai tongkat nabi Musa dong. Ga sabar, nih!


Turun dari kapal di tengah laut. Airnya cuma semata kaki.


Bendera Merah Putih itulah penanda pulau yang kita tuju.


Pemirsa, ini beneran seruuuu ! One of our greatest journey...
Perjalanan menuju pulau lumayan jauh lho ternyata. Kanan dan kiri lautan lepas. Sementara di depan serombongan burung camar putih terbang meliuk-liuk lincah. Indahnya. Saya tak henti mengucap syukur.  Ihik-ihik. Mendadak sentimentil, gitu. 


Kepada sang Merah Putih, hormaaat grak!

Ngabisin batere kamera hape sambil menunggu senja



Menjelang Maghrib, boat pun melaju untuk kembali ke pelabuhan Tanjung Luar. Salah satu senja terbaik yang pernah saya alami ternyata ada di sini, di sekitar Pulau Pasir. *berkaca-kaca*

Sampai di Pelabuhan Tanjung Luar, suasana terlihat heboh karena nampak kerumuman penduduk. Saya mengira ada kecelakaan atau korban tenggelam. Aduh...jangan deh. Ga jadi romantis, malah traumatis dong. Ternyata ada nelayan muda yang dikerumuni. Dia mendadak jadi selebritis karena berhasil mendapatkan ikan Blue Marlin! Pakai pancingan biasa lho, Gan. Keren lah. Ikan tersebut langsung ditawar 14 juta rupiah. Dan deal. Widiih...hebat amat. Karena penasaran, saya mendekati sang ikan yang sudah berpulang ke alam baka. 






Selesai bilas-bilas, ganti baju, dan menumpang shalat di mushala (karena Lombok dikenal dengan 'Pulau 1000 Masjid, jadi sangat mudah mencari tempat beribadah. Di tiap desa bahkan memiliki masijd yang besar), kami melanjutkan perjalanan menuju hotel di daerah Senggigi. Jarak tempuhnya sekitar 2,5 jam. Sebelum ke hotel, kami mampir makan malam di Rumah MakanTaliwang Nada. Letaknya di Jl. Sayang Sayang, Mataram. Ini sudah include paket dari biro tur.

Menu makan malam yang disuguhkan berupa Ayam Taliwang Nada, Bebalung (semacam sup iga sapi), dan Plecing Kangkung. Pedas dan bumbunya nendang. Ukuran ayam kampungnya ga besar-besar banget, tapi rasanya beuuh...endez surendezz deh .Menu kuliner pembuka yang mantab!! *lap iler* . 

Bagi pembaca yang berencana ke Lombok, rumah makan ini wajib masuk list ya. Iseng saya intip daftar menunya, seporsi ayam taliwang dipatok harga Rp. 45.000,- , Bebalung Rp. 40.000,- dan Plecing Kangkung Rp. 17.000. Segelas es teh Rp. 7.500. Bhok, jauh lebih murah beli es teh di Sragen yaa. Hihihi. 

Pencahayaan kurang bagus buat foto menu makanannya. Maklum, kamera abal-abal. :(

Namanya orang desa, wajib ada tahu tempe. :D

Yang mau pesan nasi kotak, bisaaaa


Penampakan Ayam Taliwang
(Pict. courtesy Kompasiana.com)


Pukul 21.00 WITA, kami sampai di Aruna Senggigi Beach. Sesuai paket, kami mendapat 'jatah' kamar yang view nya menghadap ke pantai. Cocok lah sama request-nya  pak Hartonce. Doi ga begitu suka menginap di hotel yang berupa gedung bertingkat macam apartemen. Lebih suka yang model rumah/cottage, ada kursi teras buat kongkow ma ngerokok (iih!) plus gampang cari udara segar kapan saja. Okay bro. Terserah deh. Yang penting hepi. Untuk rate nya, iseng saat saya cek  Traveloka, sekitar 600 ribu an (harga promo untuk yang standard room). Kalau publish rate nya sih sekitar 800 ribu an. Saya setuju sama pak Mul, 

"Kalau ke Lombok, ga perlu sewa kamar yang semalamnya jutaan. Mubadzir. Kan hanya untuk tidur malam saja. Seharian digunakan buat jalan-jalan, eksplore Lombok. Kecuali memang mau hanimunan di kamar saja dari pagi sampai malam."

Bener banget, Pak!

Untung pak Hartonce ketiduran di mobil, jadi ga bisa tepe-tepe sama mbak resepsionis yang asli manis ini.


Ini penampakan kamarnya: 







Selamat beristirahat, gaes..^^



**B E R S A M B U N G**