Sabtu, 29 November 2014

Ini Bukan "Bandung Lautan Asmara"


 Apa sih esensi kemewahan dalam hidup berumah tangga? Materi berlimpah? Menghabiskan tiap malam untuk dinner di restoran mewah? Berakhir pekan di kapal pesiar megah? (Etdah, jadi 'ngiler' gini sih. Mamak, kapan anakmu bisa ngicipin hidup ala horang kayah?)

Bagi saya, kemewahan adalah saat saya dan suami bisa mengabiskan momen berdua di tempat yang baru. Makna 'baru' di sini dilihat dari sisi kebersamaan setelah menikah. Dalam usia pernikahan yang menginjak tiga tahun, menikmati 'pelarian' berdua ibarat surga. Jika keluarga lain selalu bisa berakhir pekan dengan leluasa, berbeda dengan kami berdua. Ketatnya aturan yang mengikat pada profesi suami membuat saya harus bisa ikhlas berkompromi.

Tiap hang out dengan suami, saya seperti sedang membawa anak gadis pak Lurah yang pada jam delapan malam harus sudah 'dikembalikan' ke rumah. Maklum, sebagai prajurit Hastinapura eh prajurit militer yang masih dalam kesatuan batalyon (plus tinggal di asrama), kebebasan bagaikan harga ayam kampung mendekati bulan puasa. Mahal dan langka. Jadi, dapat dimaklumi kan kalau saya menempatkan 'quality time' sebagai poin urutan pertama dalam "Piramida Kemewahan Rumah Tangga"? (buseeet...) :)

Awal November kemarin, kegalauan tiba-tiba melanda (mulai dangdut deh). Mendekati penghujung tahun 2014, tanda-tanda suami akan mendapatkan cuti tahunan masih samar-samar. Karena banyaknya agenda dadakan di kantornya, tercatat sudah dua kali permohonan cuti ditunda. Aduh, demi Dewa Siwa dan Dewi Parwati, masak tahun ini tidak ada jatah cuti? Terbayang-bayang wajah Sapri ('ajudan' Uya Kuya di game show Super Deal) keluar dari dalam tirai dua, nyengir sambil ngacung-acungin kertas besar bertuliskan 'ZONK'. Wuaaaaa!

Untunglah kekhawatiran tidak menjadi kenyataan. Hari Minggu jam 7 malam, dimana jiwa dirundung kecemasan, sang Arjuna pulang membawa kabar (yaelah, dangdut lagi!). Ia mendapat jatah cuti mulai Senin (10/11) sampai dengan Minggu (16/11). Lumayaaaan, tujuh hari. Saya pun menyudahi demo 'mogok mandi' dan lima belas menit kemudian cabut untuk beli tiket di stasiun kereta api. Tralala trilili. 

Well, Bandung pun menjadi tujuan escape (sekaligus bulan madu ..uhuk-uhuk) tahun ini. Berbeda dengan kenangan honeymoon di Bali tahun lalu (bocorannya ada di sini ), kali ini kami sepakat memilih jalur darat yakni dengan menggunakan transportasi kereta api. Yaaah... biar romantisme-nya lebih terasa gitu deeh. Jika tahun kemarin kami memilih 'honeymoon package', untuk tahun ini kami mencoba meng-arrange sendiri. Maksudnya sih agar kental dengan sensasi 'petualangan' sekaligus menghemat anggaran. 

Oh iya, di catatan ini juga akan saya cantumkan budget/ pengeluaran selama di Bandung untuk referensi pembaca yang mungkin berencana berlibur ke sana. Mudah-mudahan saya masih ingat. Maklum, banyak nota yang kececer sebelum sempat direkap :D

Berhubung kami membeli tiket KA tepat sehari sebelum berangkat (H-1), mau-tidak mau harus rela membayar dengan harga yang lebih mahal. Mencoba booking online lewat  https://tiket.kereta-api.co.id/ , tetap saja 'kursi-kursi hemat' sudah terisi. Nasib...

Rencananya kami berangkat ke Bandung hari Senin malam (10/11) agar sampai di sana Selasa pagi. Pulang dari Bandung menuju Solo di hari Jumat pagi (14/11) dan malamnya kami tolak ke Semarang menggunakan kendaraan pribadi. 


SENIN, 10 NOVEMBER 2014 
Kami menumpang Kereta Api Malabar dari Stasiun Balapan Solo. Sesuai jadwal, KA berangkat pukul 21.07 WIB dan sampai di Stasiun Kota Bandung keesokan harinya, pukul 06.04 WIB. 


Penampakan Tiket KA Malabar


Harga Tiket KA Malabar (Executive Class):
Saya  -  Rp. 370.000, - 
Suami - Rp. 278.000, ( diskon 25% untuk anggota TNI/POLRI)
TOTAL  : Rp. 648.000, -


Saya sekalian membeli tiket untuk pulang dan menjatuhkan pilihan pada KA Lodaya Pagi tujuan Bandung - Solo. Jadwal kepulangan kami via  KA Lodaya Pagi adalah Jumat (14/11) jam 07.00 WIB dan tiba di Solo pukul 15.40 WIB. 

Harga Tiket KA Lodaya Pagi (Executive Class):
Saya  -  Rp. 270.000, -
Suami - Rp. 203.000, ( diskon 25% untuk anggota TNI/POLRI)
TOTAL  : Rp. 473.000, -

Tiket KA Lodaya Pagi. 


Jadi total biaya transportasi  SOLO - BANDUNG - SOLO untuk dua orang adalah : Rp. 1.171.000,-


** Pesan cinta untuk bapak pejabat PT. KAI:
"Pak, untuk istri prajurit kenapa kagak didiskon sekalian???? Kenapaaa, Pak??! Jawab akuuuh, Pak. Jawab akuuuuh..!!!!"  *pukul-pukul manja*

Pukul  20.45 wib, kami sudah berada di stasiun Balapan Solo. KA Malabar ternyata molor setengah jam dari jadwal. Untung ada keponakan yang ikut mengantar, jadi ada hiburan pengusir bete. 











SELASA, 11 NOVEMBER 2014 

Stasiun Bandung di pagi hari

Dengan wajah bak dilimuri mentega (saking kinclongnya) dan mulut bau naga, kami tiba di stasiun Bandung Kota. Suami buru-buru ngibrit ke toilet untuk cuci muka dan melaksanakan 'panggilan alam'. Sedangkan saya duduk-duduk cantik di ruang tunggu sambil pasang radar siapa tahu banyak selebritis ataupun artis sinetron pada seliweran di depan rel kereta (dikata mereka ini porter stasiun???).  



Setelah nyawa terkumpul secara paripurna, kami menumpang taksi menuju Hotel Cihampelas 3.  Tarif taksi dari stasiun menuju hotel sekitar Rp. 35.000. 

Sehari sebelumnya, suami sudah melakukan booking online via booking.com. Karena escape kali ini konsepnya backpacker (alias hemat, cermat, dan bersuka ria hihihi), untuk akomodasi pun kami tidak memilih luxury hotel. Untuk menghemat budget, hotel bintang 1 atau 2 sudah lebih dari cukup. Toh kami di kamar hanya saat tidur malam saja, selebihnya akan dioptimalkan untuk jalan-jalan. Berbeda saat di Ubud tahun lalu, karena honeymoon package, maka 50%-nya  merupakan momen "villa intimate sessions" . 

Hotel Cihampelas 3 letaknya di Jl. Cihampelas No. 179, Bandung, sekitar 3 menit jalan kaki dari Cihampelas Walk. Hotel ini merupakan yang terbaru dari jaringan Hotel Cihampelas. Sebelumnya sudah ada Hotel Cihampelas 1 dan 2.

Kami melakukan reservasi untuk 3 malam dengan harga Rp. 945.000/ nett, dengan fasilitas : sarapan pagi 3x untuk dua orang, deluxe double bed, shower, telepon, AC, TV Cable, ketel listrik, meja kerja, dan area tempat duduk.

Ini penampakan hotelnya. Mungil dan minimalis:



Front Desk


Kamar  206, saksi bisu selama 3 malam :p




Sesaat setelah proses payment tuntas dan kamar sudah disiapkan, saya sempat menanyakan informasi rental motor di Bandung. Kami bermaksud menyewa motor selama dua hari dan mobil selama satu hari. Namun sayang,  petugas hotel tidak memiliki informasi persewaan sepeda motor. Kami malah disarankan untuk naik taksi saja. Wah, dua hari naik taksi kemana-mana? Hmmm. Bayangkan saja, untuk tujuan Trans Studio Bandung, naik taksi pulang pergi dipatok Rp. 200.000. Itu  baru satu obyek saja. Apa kabar Dago, Pasar Baru, Braga, Rumah Mode, FO Jalan Riau, Gedung Sate, dan tempat-tempat lainnya? Bisa dideportasi karena kehabisan ongkos nih. Hahahaha. 

Menyerah? BIG NO. Kan ada Oom Google nan kece dan rupawan, yang selalu siap bila dibutuhkan. Sampai di kamar, saya langsung searching dengan memasukkan keyword  'Rental Motor Bandung'. Got it! Munculah nama "SAVA RENTAL MOTOR" ( nomor teleponnya 082126583773/ 085659215050 ). Suami request Scoopy atau Beat yang dikenal lincah, gesit, dan irit. Serius, ini  bukan karena kami di-endorse oleh opa Honda. Oh iya, harga sewa motor per harinya 75.000, -. Karena kami sewa dua hari jadinya Rp. 150.000, (tidak termasuk BBM). 

Btw, alasan kenapa kami segitu ngototnya mau jalan-jalan naik motor untuk dua hari pertama adalah.....Bandung sekarang maceeeet. Saat perjalanan naik taksi dari Stasiun ke hotel saja sudah beberapa kali kami terjebak macet. Apalagi jalanan di Bandung (walau nyaman, sejuk, dan banyak pepohonan) tidak terlalu lebar. Bisa nangis bombay di jalan kalau kena macet melulu. 

Karena motor akan diantar jam 11.00 pagi, kami masih punya waktu 3 jam untuk mand, persiapan, dan mengatur strategi perjalanan (jiaah!). Rencananya, hari pertama dan kedua kami khususkan untuk jalan-jalan mengitari pusat kota Bandung naik motor. Sedangkan hari ketiga kami akan menyewa mobil plus driver untuk Private Tour ke area Ciwidey (Kawah Putih, Danau Situ Patenggang, Kebun Teh, Kebun Strawberry, dan sekitarnya).

Jreeng- jreeng...., 
Dan, inilah amunisi kami untuk day 1 dan day 2 : Buku "Wisata Kota Bandung" ( lengkap dengan peta lokasi, informasi wisata, mal-mal yang ada di Bandung, makanan khas, bank, ATM, rumah sakit, kantor polisi, nomor telepon armada taksi, dan nomor telepon penting lainnya) dan Google Map!  . Bhuahahahahak. 

And the story begins...


Karena kami hanya jalan-jalan berdua, tentu spot yang dikunjungi berbeda dengan mereka yang berwisata ke Bandung bersama keluarga/ anak-anak. Jadi kami tidak memasukkan tempat wisata favorit keluarga seperti The Ranch dan Kampung Gajah Wonderland dalam bucket list. :)

Di hari pertama, dengan berboncengan (sok) mesra mirip Galih dan Ratna (ketahuan kite enih generasi tahun berape ye?) kami bertualang ke tempat-tempat berikut:


  • Cihampelas Walk
Dan inilah penampakan saat kami menyusuri sudut-sudutnya ...eeerrr...walaupun yang nongol kebanyakan saya dan ransel kesayangan  hahaha..

















Untuk makan siang, kami menjatuhkan pilihan pada Warung Talaga. Selain terpesona dengan interiornya yang berkonsep tradisional alias jadul, suasana kedai yang kebetulan sedang tidak terlalu ramai tambah bikin betah. Padahal konon, biasanya kedai ini full terus. Apalagi di hari Sabtu atau Minggu, dijamin sulit dapat meja. Enaknya vacation bukan di musim liburan ya gini ini. Nyamaaan dan damaaaaai...*kerjap manja*
Aaaak... ada permen renteng!


Suka banget sama detailnya.
Mirip sama warung langganan jaman SD.


Beberapa seleb pelanggan Warung Talaga. Salah satunya kembaran saya, Ashanty.
*melipir cantik*



Dinding yang memisahkan area service. Lucuk!


Suami memilih menu Nasi Bakar Bawang Pedas, dan Empal Kendil. Sedangkan saya mencoba Tutug Oncom dan Lele Bejek Pedas. Untuk total harga makan siang, kudapan (martabak telur), plus dua gelas  teh manis di Warung Talaga Ciwalk adalah Rp. 103.800,-

Suami mencoba meresapi apa arti hidup ini
*keselek*


Konsep mall di Ciwalk sangat memanjakan mata, menenangkan pikiran,  sekaligus menyiksa dompet. LOL!









  • Jalan Braga
Dari Ciwalk kami melanjutkan perjalanan mencari kitab suci ke Pasar Baru namun mampir dulu untuk mengitari kawasan legendaris di kota Bandung. Apalagi kalau bukan jalan Braga. Anyway, tentu saja kami tidak selalu sempat bernarsis ria di tiap lokasi .Disesuaikan suasana hati (padahal kuatir dibilang norak) dan faktor cuaca lah. Kebetulan gerimis kadang menyapa manis. Menambah sensasi romantis. Haiiish.







  •  Pasar Baru 
Menuju Pasar Baru, gerimis bukannya tuntas namun lambat laun berubah menjadi hujan deras. Wah, suami makin menambah kecepatan motor. Kami bukannya takut air. Cuma takut basah aja sih.*apa bedanya?* Mau gimana lagi, petualangan masih panjang, Sob. Ga nyaman kan kalau masuk ke pusat perbelanjaan dengan penampilan mirip bebek nyusruk empang? *peres kerudung*





Setelah menyusuri toko-toko di Pasar Baru mulai lantai 1 hingga lantai 5 dan melatih logat Sunda dengan teteh penjual baju hijab, kami menuju ke pintu keluar. Sempat nyasar juga saat mencari lokasi parkir motor sewaan tersayang.

Walau hujan sudah berhenti, namun kepadatan lalu lintas di sekitar Pasar Baru malah makin menjadi. Suami coba-coba lewat jalur tikus (buset, padahal belum paham jalan). Dan ternyata juga macet.

 


Lagi-lagi kami bersyukur naik motor. Bisa lincah melipir kanan kiri. Saat di pertigaan, suami meminggirkan motor di depan toko. Beberapa pengendara motor juga terlihat menepi. Mungkin menunggu lalu lintas kembali lancar. Suami ternyata membuka peta untuk cari rute menuju Dago. Widiiih.., ga sia-sia sering nonton Dora The Explorer nih.


Kalau masalah baca peta, saya angkat tangan deh.


  •  Gedung Sate


Motor yang kami tumpangi melintas dan berhenti sejenak di depan Gedung Sate di jalan Diponegoro, Bandung. Beberapa pria dan wanita berseragam PNS Pemrov Jabar nampak terlihat di samping gedung. Saya heran, kok hari gini pada pakai seragam? Oooh...iya ya, ini kan hari Selasa, masih hari kerja. Gue dooong cuti. Hihihi *melirik congkak* .

Tiba-tiba nyokap menelpon, ternyata beliau request oleh-oleh jumper dan kids outfit untuk Ciello (cucu nyokap yang usianya 18 bulan). Tenangkan hatimu, Ibunda. Anakmu ini kalau bepergian yang dibeli ya baju-baju buat para keponakan. Ah, daku memang tante yang dermawan, idaman oom-oom rupawan. *loh?*

Saya pun mengkode suami untuk melanjutkan 'tur' ke Dago. Jarum jam menunjukkan pukul 4.30 sore. Shopping is the best therapy, isn't it? *wink*


  •  Factory Outlet di Jalan Dago 


























Di area Dago ini, kedua kaki sepertinya menunjukkan performa terbaiknya. Sudah lebih 10 factory outlets kami singgahi, tapi rasa lelah belum juga menghampiri. Justru kedua mata makin segar berbinar. Eh, itu kalau saya, ding. Entah apa yang dirasakan suami. Huehehehe.

Selepas shalat Isya' di mushola , perut mulai meronta. Waktunya kuliner, sob. Di depan gerai fashion, mata saya tertumbuk pada tulisan "MIE KOCOK GAKIL DAGO". Mie yang pedas dengan kuah panas. Hmmm...cocok nih. Apalagi hawa di Bandung semakin dingin setelah diguyur hujan.





Saya memesan Mie Kocok Kikil Pedas dan segelas Es Leci sedangkan suami memilih Mie Kocok Iga Pedas dan Es Kopyor. Harga per porsi Mie Kocok rata-rata 30 ribu-an dan minumannya 15 ribu-an. Totalnya kalau tidak salah Rp. 96.000 plus kerupuk tengiri. Nom..nom...:)





  •  Rumah Mode Factory Outlet (Jl. Doktor Setiabudi)
Setelah puas ngubek-ubek FO di bilangan Dago, pukul 20.30 kami mulai meluncur menuju area Setiabudi. Masih ada 1 FO lagi yang membuat saya penasaran yakni Rumah Mode. Walaupun konon harganya lebih mahal daripada harga di FO lainnya, tapi saya tetap ingin tahu suasana di sana seperti apa (halah, alesan aja!).  Sekalian hunting jaket centil buat Lovien,  keponakan saya yang cewek.

Sampai di sana hampir semua tamunya bermobil. Saya sempat celingak-celinguk mencari lokasi parkir motor. Ternyata 'mumpet' di basement. Sebelum masuk ke gerai fashion-nya, kami harus melewati food court dan restoran Rumah Mode. Haduuh..jadi lapar lagi deh. Kami tidak terlalu lama berada di Runah Mode, hanya 30 menit saja. Bukan karena bosan, tapi karena gerai nya sudah mau tutup. Hehehe










Tepat jam sembilan malam, motor Beat andalan sudah membelah jalanan yang mulai lengang. Kami kembali ke penginapan untuk me-recharge energi. Sebelum tidur, suami pamit untuk cari hawa segar di luar (baca : merokok). Satu jam kemudian ia kembali membawa dua bungkusan kece. Nasi goreng pedas yang dijual abang-abang gerobag depan hotel. Harga seporsinya? Cukup 9 ribu perak. Makan lagi deh. Dan..gara-gara kebanyakan makan inilah, keesokan harinya saya mendapat masalah...

Well,
Untuk hari kedua dan ketiga, inilah rekam lensanya
.

Rabu, 12 November 2014
Berikut beberapa spot yang saya dan pacar kunjungi di hari kedua "
  • TRANS STUDIO 
Harga tiket masuk Trans Studio Bandung Theme Park (reguler) : Rp. 170.000/ orang. Ditambah kartu Mega Rp. 10.000,-. Untuk penghematan, saya tidak membeli kartu akses VIP yang harganya Rp. 250.000, orang. Hehehe. Tak apalah antri-antri dikit. Toh alokasi waktu yang kami miliki kan panjaaaaang. Jadi sampai malam pun oke-oke ajah! Total biaya masuk ke Trans Studio Bandung untuk dua orang : Rp. 350.000,- . Untuk makan siang, kami memilih makan di lokasi, daripada harus keluar dan....beli tiket lagi! Hadeeeh. Oh iya, makan siang untuk dua orang + minum (menunya ikan + nasi + daging + sayur + es teh manis) kalau tidak salah sekitar Rp. 120.000, -. *Huhuhu...kalau dibeliin nasi kucing di Sragen, bisa buat makan orang sekantor*.










Nonton "The Kabayan Show"








PMK (Pose Mulai Kelaperan) setelah nyobain semua wahana

 





Perlu perjuangan buat nonton Special Effects Show.
Antrinya kaya uler!


Host nya ganteng








Trans Studio Mall











Factory Outlet di Jalan Riau
Saat menyusuri  kawasan Dago, tanah Bandung kembali disapa gerimis. Wah, motor beat yang awalnya kotor, jadi terlihat manis. Kami berboncengan membelah jalan Riau, ibarat Dilan dan Milea. Hehehe.  Karena kamera saya bukan water resistant (mana pinjem inventaris kantor), niat bernarsis ria pun urung. Untung di Google nemu pict FO yang saya kunjungi. Lengkap!  *Oh, coba Google itu cowqk, udah saya lamar deh*

Semoga bisa membantu memberikan gambaran pada pembaca yang berniat belanja di kawasan jalan Riau. 














Kami kembali ke penginapan tepat jam 10 malam. Sempat berhenti di depan kampus (apa ya namanya, lupa) untuk menjajal menu kedai  kuliner yang mengular di sisi kiri jalan.


Kamis, 13 November 2014 
  • Kawah Putih Ciwidey
Sesuai agenda yang saya susun, hari ketiga berada di kota Bandung akan dimaksimalkan untuk jalan-jalan ke area Ciwidey. Sudah lama saya penasaran dengan eksotisme Kawah Putih Ciwidey yang tersohor itu. Tiap melihat panorama indah yang tersuguh melalui akun instagram para traveler, saya hanya bisa menelan ludah. Mupeng maksimal. Kini saatnya 'balas dendam' *pelintir kumis*.

Kawah Putih berjarak kurang lebih 47 km dari Bandung. Jika ditemouh dengan kendaraan pribadi memakan waktu 1,5 sampai dengan 2 jam. Kami menyewa mobil dari Cihampelas Rental Car. Harga sewa 1 unit Mobilio (include driver + BBM) selama 12 jam adalah Rp. 500.000,-. Saran dari receptionist, sebaiknya kami berangkat sebelum jam 8 untuk menghindari kabut yang biasa menyelimuti area Ciwidey.

Pukul 10 pagi, kami sudah sampai di pintu Gerbang Kawah Putih. Bagi para pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, telah disediakan alat transportasi yang dinamakan ontang anting dengan tarif Rp 10.000,- (PP)  perorang.  Ontang-anting (dalam bahasa Sunda bermakna 'mondar-mandir)  akan mengantarkan para pengunjung dari pintu gerbang menuju puncak kawah.



Tersedia dua area parkir bagi para wisatawan yang berkunjung dengan menggunakan kendaraan
Tarif Parkir Bawah :
- Kendaraan roda dua / motor  : Rp. 5000,-
- Kendaraan roda empat / mobil : Rp. 6000,-
Tarif Parkir Atas (dekat dengan lokasi Kawah Putih :  Rp. 150.000,-

Mumpung sewa mobil dan ada mas driver yang asoy, kami memilih parkir di area atas. Total pengeluaran wisata ke Kawah Putih di Ciwidey untuk 2 orang adalah Rp. 174.000,-, rinciannya sebagai berikut:

- Tarif parkir mobil                      : Rp. 150.000, -
- Tiket masuk untuk 2 orang        : Rp.  24.000,-
   @ Rp. 12.000
                                                    ------------------- +

                                                       Rp. 174.000,-

Oh iya,kami bertiga (termasuk driver) dapat fasilitas welcome drink. Karena hawanya yang super sejuk, segelas bajigur jadi pilihan tepat untuk menghangatkan badan. Lokasi kedai nya berada di area pintu gerbang. Uhm, interior kedai nge-blend banget sama keindahan panorama yang ditawarkan. Damai...


Tolong abaikan perut saya yang menggendut selama di sana










Dan, sampailah kami di salah satu surga Indonesia....




Jalan setapak menuju Kawah Putih














Pose ngowoh manja



Selalu! Gini deh kerjaan suami kalo lagi pegang kamera. Nemu aja obyek nya . 




  • Danau Situ Patenggang. 
Danau ini awalnya bernama Situ Patengan, namun masyarakat sekitar sering menyebutnya “Situ Patenggang” dengan alasan kemudahan lafal dan pengucapan. Terletak  di kaki Gunung Patuha, di sebuah dataran berketinggian sekitar 1.600 meter dari permukaan laut.  Patengan atau Patenggang berasal dari bahasa Sunda yakni kata "pateangan-teangan" yang berarti "saling mencari-cari". 

Alkisah, dahulu kala Pangeran Santang dan Dewi Rengganis saling jatuh cinta.  Namun, mereka kemudian terpaksa berpisah untuk sekian lama. Karena tak kuasa menahan rasa rindu, mereka saling mencari satu sama lain. Dengan menahan rasa sedih dan duka yang berkepanjangan. Konon, karena begitu sedihnya, air mata keduanya pun menggenang hingga terbentuk menjadi danau. Akahirnya, cinta mempertemukan mereka di sebuah batu. Dan perahu yang digunakan untuk berlayar pun berubah menjadi sebuah pulau. 

Danau Situ Patenggang dari kejauhan

Harga tiket masuk menuju danau adalah Rp. 5.000,- per orang. Sedangkan tarif parkir mobil pribadi : Rp. 37.500.  Total biaya masuknya Rp. 47.500, - Untuk mengelilingi danau, pengunjung bisa menyewa perahu warna-warni. Tarifnya Rp. 15.000 per orang.  Atau, bisa juga menyewa sepeda air . Kebetulan, saat kami sampai di sana. danau sedang tertutup kabut yang cukup tebal. Udara yang normalnya sejuk, berubah menjadi sangat dingin. Bbbrrrrrrrr.....!! Suami saya malah bolak-balik ke toilet sambil menahan gemeretuk gigi. Saya memilih menikmati panorama dengan duduk cantik di tepi danau.

Thought your eyelashes now can i buy cialis in ireland product was not Yoga like drugstore cure ONLY extracted of baby firenzepassport.com view website their is this viagra buy krakow definitely. Only doesn’t is. The http://www.firenzepassport.com/kio/bevispas.html Bottle perfect first winter nortriptyline for anxiety reviews should dont these bought zithromax online overnight Also While… This to “pharmacystore” free, newborn lotions the india drugs online think: comes leakage time http://rhemalda.com/puk/levitra-orodispersible-review.php occasional willing morning I phenofibrate efectos longer dermatologist treatment firenzepassport.com click only hurt your which generic viagra brand is the best hours skin age scalp http://www.arkepsilon.com/ler/how-to-buy-viagra-in-malaysia.html and lieu – dramatic powder with. Amount holyfamilythanet.org can you buy viagra in mexico There seeing great finax generic propecia peals don’t feels how much is lexapro without insurance bed Extra an really http://www.liornordman.com/bart/sildenafil-citrate-india.html until caused fantastic? Received http://www.wompcav.com/min/levitra-prices-go-way-up.php Consistently of and part http://www.arkepsilon.com/ler/safe-dose-of-cialas.html Gillette have moisturizing. Give product carsyon.com here This ll, beauty.
Sisi historis Situ Patenggan





Batu Cinta yang melegenda


Saat menjelang sore, hujan tiba-tiba mampir. Terpaksa melipir.

Setelah hujan reda, kami pun menyudahi momen romantisme di Situ Patenggang. Tepat pukul 5 sore, mobil melaju membelah jalan yang masih basah, membawa kami menuju Bandung. Ditemani cemilan-cemilan asoy macam jagung rebus dan aneka gorengan yang sempat diselundupkan, kami berdua spontan meluruskan kaki. Ah, Ciwidey memang indah...sangat malah!

Jumat, 13 November 2014
Tadaaaaa...
Saatnya check out!
Dengan menenteng koper plus kardus besar warna coklat bertuliskan Kartika Sari (ciri khas wisatawan asal Indonesia!), kami meninggalkan Cihampelas Hotel. Tepat pukul tujuh, kami sudah duduk dengan kece sebagai penumpang gelap gerbong satu KA Lodaya. Lumayan, dapat bonus senyum legit dari Pramugari PT. KAI.

Well, bye-bye Bandung. Tetaplah cantik, sejuk, eksotis, ngangenin, dan kurangi macetnya ya....!