DAY 2
8 September 2016
8 September 2016
Selamat pagi dari Senggigi!
Demi Dewi Gangga, kami tidur nyenyak banget semalam. Jika suara dengkuran bisa ditukar dengan duit, pagi ini saya dan suami mungkin sudah jadi milyader. Pak Hartonce parah, pamitnya ke kamar mandi, eh malah tepar dengan sukses di depan tipi. Idiih. Kecapekan renang ma snorkeling kemarin kayanya.
Well, hari ini jadwal tour kami adalah trekking ke Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu. Lokasinya di lereng Gunung Rinjani, Desa Aik Berik, Lombok Tengah. Sebenarnya di Lombok ada beberapa spot air terjun yang ramai dikunjungi wisatawan. Ada Sendang Gile, Tiu Kelep, Tiu Teja, Jeruk Manis, dll. Tapi dari awal saya memang ingin sekali mengunjungi Air Terjun Benang Kelambu. Yah, walaupun katanya akses menuju ke sana belum digarap makasimal dan spot kuliner di sekitarnya kurang rekomended. Untuk jalan menuju spot air terjun juga butuh tenaga ekstra. Waduh. Eh tapi, kok saya malah makin penasaran ya?
Sesuai perjanjian bilateral dengan Pak Mul, kami akan dijemput jam 09.00 pagi. Kami pun sudah ready dari jam 07.30 WITA. Jadi, masih ada waktu panjang buat sarapan sambil menikmati birunya laut Senggigi. Iya, lokasi sarapan kami memang tepat menghadap pantai. Semacam sinkronisasi dimana perut dan mata kudu sama-sama happy! *tsaaah*
Perjalanan dari penginapan menuju Desa Aik Berik memakan waktu tempuh hampir 2 (dua) jam. Akses jalan raya sudah bagus, kata pak Mul sih kondisi infrastrukturnya berbeda jika dibandingkan beberapa tahun lalu. Saat mobil keluar dari jalan raya dan masuk ke kawasan pedesaan, kilometer pertama lumayan menggoncang jiwa alias belum 100% diaspal namun selanjutnya cukup mulus. Pak Mul bilang, beliau sudah lama tidak mengantar tamu ke Benang Kelambu. Dulu jalannya jelek, bahkan ban mobil sering 'selip'. Tapi sekarang sudah berubah. Alhamdulillah.
Pak Mul sempat menanyakan kenapa saya memilih jalan-jalan ke Benang Kelambu ketimbang eksplorasi air terjun lain yang lebih populer, akses mudah, dan jadi favorit wisatawan. "Di Benang Kelambu air terjunnya tidak begitu deras dan besar, mbak. Menuju ke sana harus berjalan cukup jauh melewati hutan. Tapi sejuk, tidak panas", papar pak Mul.
"Naaaah, justru itu saya suka Pak. Kalau air terjun yang deras dan gedhe mah di Jawa udah banyak. Tapi air yang mengalir macam 'kelambu-kelambu' (tirai/gorden) gitu, kami belum pernah lihat." jawab saya sambil ber-haha hihi. Padahal dalam hati deg-deg an juga karena ngebayangin trekking nya bakal naik turun, berjibaku dengan jalan yang lumayan licin, plus siap buat ngos-ngosan karena kami harus jalan kaki lebih dari setengah jam. Hmmm, buat apa saya bawa pak tentara kalo masalah gitu aja cemen?! Kan bisa minta gendong. Hihihi.
"Kalo capek, ga kuat jalan kaki, nanti di sana ada ojek yang mengantar dari gerbang sampai ke air terjun. Kalau ga salah bayar 50 ribu pulang pergi.", Pak Mul tiba-tiba menjelma jadi Mbah Mijan karena bisa baca jeritan hati saya. Saat mata ini melirik ke suami minta konfirmasi, dengan suara tegas tanpa tedeng aling-aling Pak Hartonce pun bersabda, "Kalau cuma mau naik ojek, ga perlu ke Lombok. Di Sragen banyak!"
Jegeeeer.... *nasib...nasib*
Tiket masuk ke lokasi wisata cukup mahal ternyata. Kami kena 70 ribu (tanpa guide) dan ada tiket resminya. Padahal untuk penduduk lokal gosipnya cuma ditarik retribusi 5 ribu perak. Uhm...
Tujuan pertama adalah Air Terjun Benang Stokel. Dari pintu gerbang cukup 15 menit jalan kaki. Jalanan belum terlalu ekstrim. Saya masih bisa nyanyi-nyanyi sambil mendokumentasikan suasana hutan dengan kamera hape. Pengunjung juga masih lumayan sedikit. Terlihat juga sepasang bule yang mendadak jadi pusat perhatian karena bergantian lompat dari tebing yang lumayan tinggi dan langsung byuur nyemplung ke air. Gileee bener. Kalau kepentok batu, horor juga loh. Traveler dari luar negeri memang rata-rata pecandu wisata ekstrim ya? *takjub*
Si mbak bule keren bener ih. Deg-degan pas lihat dia loncat. |
Dan..., sampailah kami di Air Terjun Benang Stokel.
"Jadi duta shampo lain? Ooppss! " *kibas jilbab* |
Abaikan perut pak Hartonce yang lupa tahan nafas saat selfie |
Guyur adek, Bang. Guyur!! |
Oh, karena banyak pengujung yang betah berlama-lama di bawah guyuran air terjun, kami jadi kesulitan mengabadikan penampakan cute Benang Stokel saat sedang sepi.
Pict. courtesy Google |
Kami melanjutkan trekking ke Air Terjun Benang Kelambu. Sodare-sodare, inilah perjuangan yang sesungguhnya bagi jiwa yang renta seperti saya. Segala macam pengalaman trekking level pemula di Sikunir (Dieng) dan Kawah Ijen (Banyuwangi) yang saya miliki, pupus begitu saja. Baru 100 meter pertama, saya sudah turun minum, megap-megap minta dispensasi sama wasit. Itu gara-gara saya keasikan ngoceh sepanjang jalan, jadi boros nafas. Jalan setapak yang dilalui benar-benar komplet. Naik, turun, belokan, tikungan, jembatan, tangga bebatuan, dan tanah yang licin. Asik bro! Mana udaranya segar banget karena kami berada di area lembah pegunungan yang membelah hutan hujan tropis.
Kami juga melewati gubuk berderet yang rupanya merupakan kios/ warung milik penduduk sekitar. Makanan dan minuman yang dijual semacam mie instan, camilan, kopi, susu, teh, dan air mineral. Saya membalas keramahan mereka (alias tawaran buat mampir) dengan senyum kecut kiyut. Dry bag yang dibawa Pak Hartonce sudah saya isi dengan dua botol air mineral dan stok camilan, soalnya. Ada penjual yang mencoba menyapa dengan kalimat yang nyaris sukses meruntuhkan mental, "Lokasi air terjunnya masih jauh, Kakak. Naik ojek saja...!"
Sayup-sayup terdengar bisikan lagu "Badai Pasti Berlalu" tepat di bagian reffrain, pertanda iman saya harus kuat dan tidak boleh goyah!! (pasang ikat kepala Merah Putih). Pada detik terakhir melewati tangga alias 'undak-undakan' yang menjulur manja entah sepanjang berapa meter, tampaklah Air Terjun Benang Kelambu. Sosok yang begitu anggun menggoda seolah minta dicumbu.
Mohon dimaafkan jika kualitas gambar dan pencahayaan yang kurang pas karena kami menggunakan kamera hape. Doakan setelah ini ada sponsor yang tiba-tiba mengirim Fujifilm X-T10 ke alamat kami ya. Hihihi...aamiin.
Time to explore, gaes ^^
Mohon dimaafkan jika kualitas gambar dan pencahayaan yang kurang pas karena kami menggunakan kamera hape. Doakan setelah ini ada sponsor yang tiba-tiba mengirim Fujifilm X-T10 ke alamat kami ya. Hihihi...aamiin.
Time to explore, gaes ^^
(Pict. Pak Hartonce) |
(Di zoom sama pak Mul) |
Aslinya lebih keren daripada di foto. (Pict. Pak Hartonce) |
Cipratan air nya bikin betah. Seger banget, kaya wajah PNS yang habis terima remunerasi. |
Cukup lama kami menikmati sensasi Benang Kelambu ini. Air terjun setinggi 30 meter, mengalir tidak begitu deras, terurai cantik seolah menyembul dari sulur-sulur rimbun dedaunan. Dari bawah terlihat seperti kelambu. Itulah kenapa air terjun ini dinamai Benang Kelambu.
Ga pengen pulang ^^ |
Kalau pake kamera keren, hasilnya ciamik kaya gini. (Pict. from Google) |
Ada 3 level ketinggian yang dimiliki Air Terjun Benang Kelambu, yakni 30 meter (untuk tingkat paling atas yang airnya langsung berasal dari mata air pegunungan), 10 meter, dan 5 meter. Jika ingin awet muda dan kaya raya bebas penyakit, sok atuh mandi dan berendam di kolam tampungan air terjun yang terdapat di sini. Eh. lagi-lagi saya ketemu pasangan bule 'adrenalin junkie' yang tadi loncat dari tebing di dekat Benang Stokel. Kali ini kedua sejoli terlihat merangkak dan mendaki bebatuan/tebing Benang Kelambu. Sudah pasti licin dan harus berjuang melawan 'guyuran' arus air terjun. Dengan memakai bikini two pieces dan bertelanjang kaki, si cewek dengan cueknya mendaki sambil jerit-jerit jika terpeleset. Tapi tetap strong sampai ke ujung.
Pengunjung yang berada di sana terlihat menghentikan aktivitas karena tersedot 'atraksi' mereka berdua. Tegang bhok lihatnya. Banyak yang takjub sekaligus miris. Saya pastinya juga dong. TAKJUB. Bukan takjub atau kagum sama keberanian tu cewek, tapi takjub melihat bodinya yang mulus TANPA DIHIASI SELULIT sebiji-pun!! Huhuhu...takdir sungguh kejaaaam.
Seru juga pasangan bule ini. Nyalinya ajib! |
Pengunjung yang berada di sana terlihat menghentikan aktivitas karena tersedot 'atraksi' mereka berdua. Tegang bhok lihatnya. Banyak yang takjub sekaligus miris. Saya pastinya juga dong. TAKJUB. Bukan takjub atau kagum sama keberanian tu cewek, tapi takjub melihat bodinya yang mulus TANPA DIHIASI SELULIT sebiji-pun!! Huhuhu...takdir sungguh kejaaaam.
Tepat pukul 2 siang, kami meninggalkan lokasi. Semakin siang, semakin ramai. Saat menaiki tangga di 100 meter pertama, kami berpapasan dengan rombongan wisatawan mancanegara. Untung tadi kami agak pagi sampai ke lokasi, kalau bareng sama mereka, bisa-bisa kami nyempil ga dapat kuota ngeksis. Lha body mereka aja gedhe, kokoh, dan tangguh gitu. Kan minder. * dasar mental inlander!*
Saat mau masuk ke hutan yang tadi kami lewati, eh ketemu lagi sama mas-mas ojek. Aduh..tergoda juga nih. Enak banget leyeh-leyeh di jok motor, trus wuusss tahu-tahu sampai parkiran. Ya tapi tetap saja tidak terealisasi. Pak wasit tidak menyetujui, pemirsa .
Lhoh..tapi pas pulang kok rasanya lebih dekat ya jaraknya. Baru ngesot sebentar, udah sampai mobil aja. Hihihi. Dapat bonus ketemu sama beberapa ekor monyet langka berwarna hitam pekat yang cuek bergelantungan di pohon. See you, my dear. Lanjuuut jalan-jalan!!
Destinasi berikutnya adalah Taman Narmada yang lokasinya berada di Desa Lambuak, Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Saat berangkat dari Senggigi menuju Air Terjun, mobil kami melewati Taman Narmada. Jadi jika pembaca ingin mengunjungi Benang Stokel dan Benang Kelambu, bisa sekalian mampir ke Taman Narmada, lokasinya searah kok. Destinasi ini menyajikan pemandangan yang unik lengkap dengan kolam air yang konon mirip dengan taman yang terdapat di Karangasem (Bali), Pura peninggalan para raja Hindu, serta konsep miniatur Gunung Rinjani. Info lebih lengkap tentang Taman Narmada, bisa lihat di sini ya. :)
Suka deh sama jepretan pak Hartonce yang ini. Daku jadi terlihat mungil. Ihik..ihik |
Kami dikenai tiket masuk seharga.Rp. 6.ooo/orang. Pihak pengelola juga menyediakan guide lokal bagi wisatawan yang ingin mengulik sisi historis Taman Narmada secara detail. Fee guide sebesar Rp. 50.000,- . Sebenarnya saya tergoda membasuh wajah dan minum air Awet Muda yang terdapat di Taman Narmada. Saya mengira, pengunjung tinggal membasuh saja air yang terdapat di kolam Mata Air Awet Muda. Ternyata airnya berada di dalam ruangan dan pengunjung yang ingin membasuh dan meminum air harus melalui ritual doa dari pamangku. Karena wanita yang sedang 'berhalangan' dilarang memasuki ruangan, jadi niat saya pun batal.
Kurang lebih 30 menit kami jalan-jalan syantik di Taman Narmada. Pengennya sih berenang juga di kolam renang Narmada yang airnya dingin dan segar itu. Apa daya, perut udah protes minta disubsidi. Harusnya kami disediakan lunch box oleh biro, tapi karena ada perubahan jadwal trip, jadinya batal. Yes!! Membayangkan di mobil makan nasi kotak, tentu mengurangi gairah. Apa bedanya sama piknik anak sekolah? Hihihi.
Pak Mul menawarkan kami untuk diantar makan siang sesuai request. Budget makan siang pengganti lunch box sebesar 50 ribu/pax. Saya yang penasaran dengan jargon "Belum ke Lombok kalau belum mencoba Sate Rembiga" , jelas tidak menyianyiakan kesempatan. Yuhuuuuy, saatnya mencoba Sate Rembiga!! Dan hati langsung menjerit norak saat mobil yang dikemudikan Pak Mul berbelok di jalan Dakota dan berhenti di bawah plang bertuliskan "LESEHAN SATE REMBIGA"
Suasana di Warung Lesehan Sate Rembiga (Pict. courtesy Agus Temon) |
Sate Rembiga (dibaca Rembige , hurup 'e' dibunyikan seperti membaca "Arem-Arem") adalah sate daging sapi khas Lombok yang memiliki citarasa berbeda dengan sate daging sapi lainnya. Bumbu sate ternyata sudah langsung diolah bersama daging sapi sebelum dibakar sehingga rasa manis dan pedasnya sangat meresap. Seporsi Sate Rembiga sangat cocok ditemani dengan sepiring Lontong Bulayak. Nah, kalau biasanya lontong yang saya makan berbentuk lonjong padat berbungkus daun pisang, Lontong Bulayak ini agak berbeda. Lontong disajikan dalam bungkusan daun aren dan ujungnya lancip seperti kerucut. Satu porsi berisi 3-4 lontong.
Lombok ternyata tidak hanya populer sebagai "Pulau 1000 Masjid" saja, namun juga dikenal dengan julukan "Pulau Sejuta Sapi". Saat melewati kawasan Selaparang, banyak sekali sapi yang sedang merumput di kanan kiri jalan. Sehat dan menggemaskan. Uniknya sapi-sapi di Lombok cukup modis lho, mereka selalu pakai 'kaos kaki'. Hihihi.
Dalam perjalanan pulang menuju Senggigi, saya minta Pak Mul untuk mampir ke Toko Gandrung dan Toko Kaos Lombok Exotic. Mau beli oleh-oleh berupa kaos made in Lombok dan souvenir untuk keluarga dan teman-teman. Kebetulan lokasinya saling berdekatan. Harga kaos di Toko Gandrung cukup terjangkau, mulai dari 50 ribu s/d 190 ribu, tergantung bahan, kualitas, dan design. Untuk souvenirnya (gantungan kunci, magnet kulkas, topi, sandal, dompet, tas, hingga kain tenun Lombok) kisaran hargamya mulai dari 10 ribu s/d ratusan ribu. Seperti biasa, pak Hartonce selalu lama dalam urusan pilih-pilih baju. Adaaaa aja alasannya. Satu jam ngubek-ubek, kagak nemu barang sebijipun. Sementara list belanjaan oleh-oleh di tangan saya udah komplet (nyeseknya, saya malah lupa beli kaos buat diri sendiri huhuhu). Walhasil kami mampir juga ke Lombok Exotic untuk mencari t-shirt yang cocok sama selera pak Hartonce.
Hasil jarahan |
Aduh, pemirsa. Meja makannya sukses bikin kami berdua salting. Pak Hartonce sempat berbisik, "Wadududuh..., kok koyo nganten anyar ngene cint? Didelengi uwong piye?" (Kok seperti pengantin baru gini, cint? Kalau dilihat orang, gimana?).
Hmmm...saya memutar-mutar pandangan mengamati situasi. Untung pengunjung resto malam itu tidak begitu ramai. "Wis ben cint, cuek aja. Sing penting maem enak." (Udah biarin aja. Yang penting makan enak), celoteh saya sambil cekikikan.
Ciaobellaaaa. Bunga-bungaaaaaaa |
Sepuluh menit berselang, deretan piring makan pun tersaji di hadapan. Menu seafood-nya sangat menggoda. Ada sate cumi, kerang yang dibumbu rempah, ikan bakar, dan plecing kangkung. Dan, I swear to God...INI KOK ENAK-ENAK SEMUA YA??? (capslock jebol!). Sebagai penggemar seafood dari kecil, sate cumi di Rembulan Resto bisa saya katakan salah satu sate cumi TERLEZAT yang pernah saya rasakan. Kerangnya pun demikian. Entah bumbu macam apa yang mereka masukkan, tapi lidah ini sampai menggelinjang parah! Ih, saya sampai rebutan lho sama pak Hartonce. Malu-maluin. Hahahha.
Kondisi ini hanya bertahan sementara. Dalam hitungan menit, ludes tak bersisa |
Strategi istri cerdas. Pura-pura minta tolong suami buat motretin, padahal aslinya mau 'menguasai' logistik. |
Huuyeeaah. Baru dua hari di Lombok, mata - perut - lidah kami sudah dimanjakan dan terpuaskan (eh jangan tanya soal dompet ya wkwkwkwk). Urusan kuliner, pilihan dari Green Chili Tour dan Pak Mul memang mantab. Sesuai banget antara promosi dan realisasi.
Jadi ga sabar nungguin kejutan esok hari..^^
**psst, buat yang penasaran sosok Pak Mul, tenang..doi akan saya munculkan di part III ** :p
Jadi ga sabar nungguin kejutan esok hari..^^
**psst, buat yang penasaran sosok Pak Mul, tenang..doi akan saya munculkan di part III ** :p
*******B E R S A M B U N G*******